Miras Oplosan: Murah Harganya, Murah pula Nyawanya
Headline berita online hari ini dipenuhi dengan berita tentang Korban Miras Oplosan, dimana hampir 100 orang menjadi korban di berbagai tempat selama hampir 2 minggu. Sungguh miris melihat fenomena ini, entah karena kebodohan dan ketidaktahuan, atau sekedar cari sensasi mengoplos minuman keras.
Kebanyakan minuman keras oplosan dibuat secara asal-asalan, asal mencampur alkohol 90%, thinner, bahkan gingseng dan obat nyamuk oles, seperti Autan, Lavenda dan Soffel. Mungkin karena menginginkan efek lebih mabuk tapi harga murah, sehingga mereka yang mengoplos itu berpikiran singkat tentang bahan-bahan tersebut.
Biasanya miras oplosan dijual oleh para pengecer yang tidak mempunyai izin jual miras, mungkin karena ingin mendapat untung banyak dengan cara mudah, maka para penjual ini mengoplos minuman keras dengan bahan-bahan diatas. Bayangkan saja, harga minuman keras jenis Anggur merah saja dijual seharga Rp. 75.000 di pengecer, sedangkan miras oplosan harganya Rp. 15.000 per liter, jauh sekali bedanya bukan?
Kemiskinan dan kebodohan sering kali jadi alasan mengapa banyak kasus tersebut terjadi, ditambah kesenjangan sosial yang terpaut jauh di perkotaan, dan minimnya informasi ke pedesaan, maka bukan hanya tugas pemerintah sebagai regulator peredaran miras, tetapi kita juga harus bergerak membantu masyarakat agar terhindar dari bahaya tersebut.
Akan tetapi, sering kali kita dihadapkan dengan realita bahwa para pelaku dan korban selalu menjadikan miras sebagai salah satu tempat pelarian dari stress, penenang dari masalah dan sebagainya. Sehingga, ketika kita memberi pemahaman kepada mereka, mereka lebih dulu antipati kepada kita.
Oleh sebab itu, perlu pemahaman menyeluruh dari seluruh elemen masyarakat, agar generasi-generasi bangsa tidak hancur di masa yang akan datang akibat dari miras ini.
No comments: